Laman

Sabtu, 13 September 2014

Mengisahkan Kisah

Bagaimana aku memulai kisah ini? Hanya yang terlintas dipikiranku yang terlepas, hati yang terbiasa merasa, tak pandai aku berkisah dan tak mampu aku berbagi kisah, memendam adalah keahlianku, memasang wajah penuh topeng adalah kebiasaanku, tak bisa membedakan apa itu tangis atau itu tertawa, atau mentertawakan tangisku dan menangisi setiap tawaku.
Aku tertawa ketika aku merangkai kata, aku menangis ketika berusaha merangkainya, lagu-lagu melankolis menyertai kisahku, aku menikmati kisah orang yang sepertiku namun kapan kisahku ini mampu berbicara? Saat ini masihlah terpendam tapi bukanlah dendam, melainkan perasaan yang terendam dalam tanpa cahaya, mungkin kau berpikir disini sangatlah dingin, tidak! panas yang ku rasakan, aku takkan bisa berkisah ketika melangkah saja aku tak mampu.
Masih berpikir bagaimana memulainya? Apa yang akan ku tulis, apa yang akan ku ungkapkan? Seperti pengecut, ingin dimengerti namun tanpa mengungkapkan, seolah-olah mentuhankan semuanya. Tuhanlah yg hanya mengerti tanpa menunjukkannya.
Sampai kapan? Bagaimana? Kepada siapa? Haruskah? Entahlah, hanya pertanyaan yang terlintas, menunggu waktu menjawab? Bagaimana menunggu waktu? Waktu terus berjalan, aku yang meninggalkan waktu atau waktu yang telah meninggalkanku? Seharusnya aku menunggu waktu atau mengejar waktu? Hei, waktu jawablah!
Ya kau tau jawabannya, sampai saat ini aku masih memendam kisahku, tak perlu kau merasa sia-sia mengetahui aku masih memendam kisah, setidaknya kau mengetahui kebenaran, kebenaran tentang diriku yang masih memendam.

Namun, yang terpendam tetap mengucapkan SALAM.

Me

follow twitter @marzah_sofi
add facebook marzah sofi

Path & Instagram: marzah_sofi

Pertemuan dan Perpisahan

“Salam kenal…”
Ucapmu awal kita kenal
Bertambah cahaya untuk senyum wajah ceria
Waktu terus melaju mengiringi langkah bersama
Canda tawa suka duka semua terbiasa
Sesekali awan menutupi matahari.
“kemana saja kamu?”
Sapamu ketika sebentar aku tak berkabar
“aku ada, hanya  membiarkan awan melewatiku terbawa angin”
Senyum tipisku membalas sapa basa basi.
Berbagai macam perbincangan canda maupun serius semakin berambisius
“mau kemana? Kapan? Dimana?”
Pertanyaan terlontar mudah, jawaban sering lebih susah terpapar daripada pertanyaan.
Berpikir ada cerah ada pula mendung.
Tak ada cerah tak ada pula mendung.
Ada jatuh ada pula bangun
Tak ada jatuh maka tak ada pula bangun
Ada gelap ada pula terang.
Tak ada gelap maka tak ada pula terang
Ada terbit ada pula tenggelam.
Tak ada terbit maka tak ada pula terbenam
Begitu pula dengan pertemuan dan perpisahan
Ada pertemuan ada pula perpisahan
Tak ada pertemuan tak ada pula perpisahan
“salam kenal” awalnya
“selamat tinggal” akhirnya
Bukan sekedar awan melewati tapi sepertinya malam mendatangi.
Hanya berharap pagi datang kembali.
Ada dulu ada sekarang
Tak ada dulu tak pernah ada sekarang
Tapi Ada sekarang ada pula masa depan.
Semoga di masa depan kita dipertemukan kembali
Dengan  cahaya lebih menderang lagi untuk kita
“Selamat tinggal” tak ingin ku ucapkan.
Biarku ucapkan….
“SAMPAI JUMPA”

                                                                                                                                                                                                                                                                                                         Marzah_sofi


                                                                                                                                 Jakarta, 21 Juli 2014

Me
follow twitter @marzah_sofi
add facebook marzah sofi

path & instagram: marzah_sofi