Bagaimana aku memulai kisah
ini? Hanya yang terlintas dipikiranku yang terlepas, hati yang terbiasa merasa,
tak pandai aku berkisah dan tak mampu aku berbagi kisah, memendam adalah
keahlianku, memasang wajah penuh topeng adalah kebiasaanku, tak bisa membedakan
apa itu tangis atau itu tertawa, atau mentertawakan tangisku dan menangisi
setiap tawaku.
Aku tertawa ketika aku
merangkai kata, aku menangis ketika berusaha merangkainya, lagu-lagu melankolis
menyertai kisahku, aku menikmati kisah orang yang sepertiku namun kapan kisahku
ini mampu berbicara? Saat ini masihlah terpendam tapi bukanlah dendam,
melainkan perasaan yang terendam dalam tanpa cahaya, mungkin kau berpikir
disini sangatlah dingin, tidak! panas yang ku rasakan, aku takkan bisa berkisah
ketika melangkah saja aku tak mampu.
Masih berpikir bagaimana
memulainya? Apa yang akan ku tulis, apa yang akan ku ungkapkan? Seperti pengecut,
ingin dimengerti namun tanpa mengungkapkan, seolah-olah mentuhankan semuanya. Tuhanlah
yg hanya mengerti tanpa menunjukkannya.
Sampai kapan? Bagaimana? Kepada
siapa? Haruskah? Entahlah, hanya pertanyaan yang terlintas, menunggu waktu
menjawab? Bagaimana menunggu waktu? Waktu terus berjalan, aku yang meninggalkan
waktu atau waktu yang telah meninggalkanku? Seharusnya aku menunggu waktu atau
mengejar waktu? Hei, waktu jawablah!
Ya kau tau jawabannya,
sampai saat ini aku masih memendam kisahku, tak perlu kau merasa sia-sia
mengetahui aku masih memendam kisah, setidaknya kau mengetahui kebenaran,
kebenaran tentang diriku yang masih memendam.
Namun, yang terpendam tetap
mengucapkan SALAM.
Me